Building Information Modeling (BIM) telah menjadi standar baru dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek konstruksi modern. Namun, banyak proyek yang tidak mendapatkan manfaat maksimal dari BIM karena berbagai kesalahan umum dalam implementasinya. Artikel ini membahas apa saja kesalahan tersebut dan bagaimana cara menghindarinya agar investasi teknologi BIM Anda menghasilkan dampak nyata.
PT. Buana Enjiniring Konsultan telah membantu berbagai proyek konstruksi di Indonesia dalam mengimplementasikan BIM secara optimal. Dengan pengalaman tersebut, kami memahami pentingnya strategi yang tepat dan pemahaman menyeluruh dari seluruh pihak dalam proyek.
1. Tidak Memiliki Rencana Eksekusi BIM (BEP)
Salah satu kesalahan paling mendasar adalah tidak menyusun BIM Execution Plan (BEP) sejak awal proyek. BEP merupakan panduan kerja yang mencakup ruang lingkup penggunaan BIM, standar model, tanggung jawab tim, hingga alur kolaborasi.
Tanpa BEP, pelaksanaan BIM akan berjalan tidak terarah, penuh konflik, dan rentan terhadap kesalahan koordinasi antar tim.
Baca Juga: Penerapan Artificial Intelligence (AI) dalam Dunia Konstruksi,
2. Menganggap BIM Hanya Sekadar Software
Kesalahan umum lainnya adalah menganggap BIM sebatas perangkat lunak 3D modeling. Padahal, BIM adalah proses terintegrasi yang mencakup manajemen data, kolaborasi lintas disiplin, dan pengambilan keputusan berbasis informasi.
Penting untuk memahami bahwa BIM bukan hanya tentang gambar digital, tetapi bagaimana seluruh siklus hidup bangunan dikelola secara efisien.
3. Kurangnya Pelatihan dan Pemahaman Tim
Banyak proyek yang mengalami kendala karena tim tidak dibekali pelatihan memadai tentang penggunaan BIM. Tanpa pemahaman menyeluruh, potensi BIM tidak akan dimanfaatkan secara maksimal, dan kesalahan input atau interpretasi data bisa terjadi.
Solusi: Sediakan pelatihan rutin dan onboarding BIM bagi semua stakeholder proyek, termasuk konsultan, kontraktor, dan subkontraktor.
4. Tidak Melakukan Clash Detection Secara Berkala
Clash detection merupakan fitur penting dalam BIM yang digunakan untuk mendeteksi konflik antar elemen (misalnya, pipa menabrak balok struktur). Banyak tim proyek yang hanya melakukan clash detection sekali atau dua kali saja, bukan secara berkala.
Idealnya, koordinasi model dilakukan secara rutin selama proses desain dan konstruksi untuk menghindari revisi besar di lapangan.
5. Tidak Menentukan Level of Development (LOD) dengan Jelas
Level of Development (LOD) menunjukkan sejauh mana detail informasi dalam model BIM. Ketidaksesuaian ekspektasi antara pihak arsitek, struktur, dan MEP dapat menyebabkan kebingungan jika LOD tidak ditentukan secara konsisten sejak awal.
Solusi: Gunakan panduan LOD seperti dari BIMForum dan pastikan semua pihak mengacu pada standar yang sama.
6. Tidak Menggunakan Platform Kolaborasi Terpadu
Tanpa platform kolaborasi yang terintegrasi, informasi proyek akan tersebar di berbagai tempat. Hal ini menyebabkan duplikasi file, data tidak sinkron, dan miskomunikasi antar tim.
Gunakan tools cloud seperti Autodesk BIM 360, Trimble Connect, atau Navisworks untuk memastikan semua orang bekerja dengan data yang sama secara real-time.
7. Mengabaikan Manfaat 4D dan 5D BIM
Banyak tim hanya menggunakan BIM untuk model 3D, tanpa mengintegrasikan jadwal (4D) dan estimasi biaya (5D). Padahal, 4D dan 5D BIM memberikan keunggulan strategis dalam mengelola proyek dari sisi waktu dan biaya.
Implementasi 4D dan 5D membantu mengurangi keterlambatan dan pembengkakan anggaran melalui simulasi jadwal dan volume material.
8. Tidak Memperbarui Model BIM Selama Konstruksi
Model BIM sering kali hanya aktif digunakan di fase desain, lalu ditinggalkan saat masuk fase konstruksi. Hal ini menghilangkan fungsi BIM sebagai alat pengawasan dan kontrol kualitas selama pembangunan.
Solusi: Jadikan BIM sebagai alat pemantau progress di lapangan dengan mengintegrasikan data aktual secara berkala.
9. Tidak Menyertakan BIM dalam Kontrak dan Dokumen Tender
Tanpa mencantumkan persyaratan BIM dalam kontrak atau dokumen tender, tidak ada jaminan bahwa pihak pelaksana akan mematuhi standar BIM yang diharapkan.
Pastikan BIM menjadi bagian dari dokumen resmi proyek untuk menjamin konsistensi dan akuntabilitas.
10. Mengabaikan Tahap As-Built dan Operasional
Model BIM tidak hanya berguna saat konstruksi, tetapi juga dalam tahap operasional dan pemeliharaan gedung. Mengabaikan tahap ini membuat investasi BIM tidak memberikan nilai jangka panjang.
Gunakan as-built model dan digital twin untuk mendukung manajemen fasilitas setelah bangunan selesai.
Studi Kasus dari PT. Buana Enjiniring Konsultan
Pada proyek pembangunan fasilitas pendidikan di Jawa Barat, PT. Buana menemukan beberapa konflik desain antar disiplin. Namun, berkat koordinasi BIM yang dilakukan sejak awal dan platform cloud berbasis Autodesk, semua masalah dapat diselesaikan sebelum masuk tahap konstruksi.
Efisiensi waktu meningkat hingga 12%, dan penghematan biaya revisi mencapai 20% dari total RAB awal.
Kesimpulan
Implementasi BIM yang sukses membutuhkan pemahaman menyeluruh, kolaborasi yang kuat, dan strategi yang jelas. Dengan menghindari kesalahan-kesalahan umum di atas, Anda dapat memaksimalkan manfaat BIM dalam setiap tahap proyek konstruksi.
PT. Buana Enjiniring Konsultan siap membantu Anda merancang dan menerapkan strategi BIM yang efektif dan efisien. Hubungi kami untuk konsultasi dan pendampingan proyek berbasis teknologi digital.